Lupakan sejenak Mario, karena kali ini giliran Donkey Kong yang ambil alih stage. Lewat Donkey Kong Bananza, Nintendo seolah membuktikan bahwa Switch 2 sudah punya system seller yang layak kamu mainkan sejak hari pertama.
Dikembangkan oleh tim yang juga bikin Super Mario Odyssey, game ini jadi comeback perdana DK dalam format 3D setelah lebih dari dua dekade absen. Tapi ini bukan sekadar nostalgia. Bananza punya banyak kejutan, dari segi visual, gameplay, sampai storytelling yang surprisingly emosional.
Salah satu hal paling mencolok? Ekspresi wajah DK yang super ekspresif — goofy, kocak, tapi juga bikin simpati. Ini bukan DK yang galak, tapi DK yang lovable banget. Partner barunya, Pauline (versi tween, lengkap dengan suara khas ala princess Disney), bikin chemistry mereka jadi dinamis dan ngingetin banget sama duo Ralph dan Vanellope.
Soal gameplay, Bananza jauh dari kesan 3D platformer klasik. Di sini, kekuatan utama DK adalah punching dan smashing. Mulai dari ngancurin medan, bikin jalan sendiri, sampai menggali rahasia tersembunyi, semuanya jadi bagian dari eksplorasi sandbox yang penuh warna. Bahkan para pemain bisa mengatur ulang medan kalau udah terlalu berantakan. Seru kan?
Game ini juga ngasih banyak transformasi absurd tapi fun. Seperti halnya jadi zebra, burung unta, sampai gajah. Semua tergantung dari nyanyian Pauline dan energi yang dikumpulin. Variasi bentuk ini bikin tiap level punya tantangannya sendiri tanpa terasa repetitif.
Meski ada momen framerate turun, hal itu nggak ganggu pengalaman main secara keseluruhan. Justru, sensasi ngancurin lingkungan voxel yang detail malah bikin adiktif. Ditambah kostum-kostum kocak untuk DK dan Pauline yang bisa kamu beli buat sekadar ganti gaya atau dapet bonus stat.
Yang bikin makin solid: Nintendo juga ngasih sentuhan cinta ke masa lalu DK, mulai dari level rahasia bergaya side-scrolling sampai referensi ke Jungle Beat dan Country series.
Bottom line: Donkey Kong Bananza bukan cuma game yang fun, tapi juga jadi penanda kalau DK akhirnya balik dengan segala daya tarik barunya. Dan kalau kamu belum punya Switch 2, game ini mungkin bakal jadi alasan terbaik buat akhirnya beli.


